Donderdag 09 Mei 2013

"SIKSA KUBUR BAGI YANG ENGGAN MENGELUARKAN ZAKAT"




Di ceritakan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani bahwa serombongan orang dari kalangan Tabi'in datang berkunjung ke rumah Abu Sinan. Baru beberapa saat mereka tiba di rumah itu, Abu Sinan langsung mengajak mereka untuk bertakziah ke rumah tetangganya.
"Mari kita ke rumah tetangga saya untuk mengucapkan takziah atas kematian saudaranya!" kata Abu Sinan kepada para tamunya.
Sampai disana, mereka mendapati si tuan rumah dalam keadaan sedih. Ia selalu menangis dan merasakan kesedihan yang amat mendalam. Abu Sinan dan sahabat-sahabatnya berusaha menghibur dan membujuknya agar tidak menangis, tetapi usaha mereka sia-sia. Salah seorang sahabat Abu Sinan berkat,"Apakah kamu tidak tahu bahwa kematian adalah suatu perkara yang pasti dijalani oleh setiap orang?" Ia menjawab,"Aku tahu tentang itu.Yang aku sedihkan sesungguhnya bukanlah kematian saudaraku,tapi aku teramat sedih memikirkan siksa yang telah menimpanya di alam kubur."
"Apakah engkau mengetahui perkara yang gaib?"  tanya yang lain.
"Tidak. Demi Allah, aku tidak memiliki pengetahuan tentang itu. Hanya, ketika aku menguburkannya dan meratakan tanah di atasnya, tiba-tiba terjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Waktu itu, orang-orang telah pulang, sementara aku masih duduk diatas kuburnya. Tiba-tiba terdengar suara rintihan dari alam kubur,'ah......ah....! Mereka meninggalkanku seorang diri menanggung siksa, padahal aku mengerjakan puasa dan shalat!' Suara rintihannya betul-betul membuatku menangis karena iba kepadanya. Lalu aku coba menggali kuburnya untuk mengetahui apa yang telah terjadi di dalamnya. Ternyata, kuburnya dipenuhi dengan api, dan di leher jenazah saudaraku terdapat rantai yang terbuat dari api. Karena kasihan kepadanya, aku berusaha untuk melepaskan rantai itu dari lehernya. Begitu kuulurkan tangan untuk membukanya, tanganku terbakar."
Lelaki itu kemudian menunjukkam tangannya yang masih hitam dan kulitnya yang mengelupas karena jilatan api dari dalam kubur. Ia kembali meneruskan ceritanya,"Aku kemudian kembali menimbun kubur itu seperti semula dan pulang dengan segera. Setiap kali aku teringat peristiwa itu, pasti air mataku menetes. Aku tidak bisa membayangkan betapa berat siksa kubur yang dialami oleh saudaraku itu."
Semua yang mendengar kisah itu, termasuk Abu Sinan, terdiam. Tak seorang pum di antara mereka yang berbicara. Semua pikiran mengarah pada kondisi si mayit yang sudah dapat dipastikan amat tersiksa dengan keadaannya.
Tiba-tiba Abu Sinan bertanya memecah kesunyian,"Katakanlah kepada kami apa yng telah dilakukan oleh saudaramu semasa hidupnya di dunia?"
"Dia tidak pernah bersedia mengeluarkan zakat hartanya," jawabnya singkat.
Dengan jawaban itu, sahabat-sahabat Abu Sinan menyimpulkan tentang kebenaran ayat Al-Qur'an:"Dan jangan sekali-kali orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (dilehernya) pada hari kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah maha teliti atas apa yang kamu kerjakan." (Q.S Ali Imran [ 3 ]:180)
HIKMAH
Itulah balasan bagi orang yang enggan mengeluarkan zakat dari harta yang telah dianugrahkan Allah kepadanya. Keengganan untuk berzakat merupakan wujud keingkaran terhadap perintah Allah. Di alam barzah kelak, leher seseorang yang enggan membayar zakat akan dilinkari kalung yang terbuat dari api. Berdasarkan Q.S. Ali Imran [3] ayat 180, kalung itu merupakan perwujudan dari harta yang tidak dikeluarkan zakatnya. Mengeluarkan zakat pada hakikatnya bukan mengeluarkan harta yang menjadi hak kita, tetapi justru mengeluarkan harta yang menjadi hak orang lain. Orang-orang yang secara sadar dan penuh keikhlasan mengeluarkan zakat, berarti mereka telah membersihkan harta yang mereka miliki dari hak-hak orang lain. Sebaliknya, orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat disebabkan kebakhilan dalam diri mereka, sama halnya mereka memakan dan memanfaatkan harta yang sesungguhnya, merupakan hak orang lain, terutama kaum duafa. Tanpa mereka sadari, kebakhilan mereka telah menyebabkan kaum yang tak punya menjadi sengsara. Karena, layaklah bila Allah kemudian memberikan siksa itu sejak di alam barzah, tanpa harus menunggu datangnya Hari Akhir. Siksa Allah tersebut takkan berhenti hanya di alam barzah, tetapi pasti akan berlanjut hingga ke alam akhirat. Kejadian apapun yang di alami si mayit di dalam kubur merupakan pertanda atas apa yang akan ia alami di akhirat nanti. Bila ia memperoleh kebahagiaan di alam kubur, insya Allah ia akan memperoleh kebahagiaan di akam akhirat. Sebaliknya, bila ia memperoleh siksa di alam kubur, maka itu merupakan pintu awal baginya untuk menerima siksa di alam akhirat.
Semoga Allah melindungi kita dari siksa-Nya yang amat pedih, dan menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang selalu sadar untuk mengeluarkan zakat dari harta yang telah di anugerahkan-Nya kepada kita. Amin...

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking